Aku bercerita kepada cucuku yang berumur 10 tahun tentang manis dan pahitnya hidup ini. Dia bernama Atma, dia sangat menurut dengan nasehat yang aku berikan. Ibunya meningggal saat melahirkannya, dan ayahnya telah pergi entah kemana. Suamiku meninggal 30 tahun yang lalu karena terkena jantung. Atma tinggal seorang diri, aku menyuruhnya untuk tinggal bersamaku tetapi dia tidak mau katanya dia ingin mandiri. Aku bangga kepadanya karena dia akan menjadi orang yang sukses kelak. Memang hidup ini sangatlah indah, tapi tidak seindah saat kita mengalami sebuah masalah. Atma tidak dapat melanjutkan sekolahnya, karena aku tidak mampu membiayai sekolahnya. Aku merasa bersalah kepada anakku yang telah meninggal, karena aku tidak dapat merawat anaknya. Aku menangis dan tidak tahu harus bagaimana. Dua minggu aku menunggu Atma, tetapi dia tidak datang mengunjungiku, aku mulai kawatir biasanya dia selalu datang setiap minggu. Aku takut terjadi sesuatu dengan dia. Sore ini aku bersiap untuk pergi dan mengunjunginya mungkin terjadi sesuatu kepadanya. Dan sampailah aku di rumahnya, aku mengetuk pintunya dan memanggilnya, “Atma, ini nenek buka pintunya” tidak ada yang menjawab, aku membuka pintunya ternyata tidak di kunci. Aku menuju ke kamarnya, dan aku menjerit “Atma, apa yang terjadi?” dia terbaring di tempat tidurnya seorang diri, dia tidak sadarkan diri. Aku keluar rumah dan meminta pertolongan, tapi tidak ada orang yang peduli dengan suaraku. Aku menangis hingga membangunkan Atma, “ne nenek..” aku berlari dan mendapatkannya, “aku tidak makan selama dua minggu ini, karena aku sudah tidak punya uang lagi” “mengapa kamu tidak pergi ke rumah nenek? Nenek selalu punya makanan untuk kamu” “tidak nek, walaupun aku tidak sekolah lagi aku bekerja sebagai penjual Koran, tapi beberapa minggu yang lalu uangku di rampas oleh anak jalanan, dan mereka memukuli aku. Tidak ada orang yang membantuku, aku ingin pergi ke rumah nenek tapi aku sudah tidak kuat jalan lagi, jadi aku putuskan untuk pulang ke rumah” “oh cucuku, kamu akan menjadi orang yang sukse suatu hari nanti” “terima kasih nek, aku akan menjalankan semua nasehat yang nenek berikan untukku. Nek aku lapar” “baik aku akan membelikan makanan, kamu tunggu di sini ya!” “iya nek, aku sudah tidak tahan lagi” Aku pergi membeli sebungkus nasi kucing, dan segera pulang untuk menemui cucuku. Dia memandangiku dengan senyumnya yang sangat manis, walaupun dia masih 10 tahun dia bertingkah laku seperti seorang yang sudah berumur. Lalu kuberikan nasi yang telah kubeli kepadanya dan bertanya, “maukah kamu bercerita bagaimana kejadiannya?” dengan memakan nasi yang kubelikan dia mulai bercerita, “siang itu seperti biasa aku menjual Koran, seharian aku tidak makan karena aku ingin menjual Koran sebanyak banyaknya. Dan aku ingin setelah sore aku ingin mengunjungi nenek dan ingin makan bersama nenek. Saat aku sudah selesai dan ingin pergi ke tempat nenek, aku bertemu dengan segerombolan anak jalanan yang mabuk, dan mereka meminta semua uang yang ada padaku, pertamanya aku menolaknya karena aku ingin menabung semua uang yang aku dapatkan, dan mereka bilang, persetan dengan tabungan hidup hanya satu kali, jadi jangan sia siakan, sini berikan saja uangnya. Kalau kamu ingin menabung besuk kamu juga akan berjualan lagi jadi kamu akan punya uang lagi. Aku masih mempertahankan uang yang ada di saku celanaku, tapi mereka mulai memukuli aku jadi aku harus melepaskan genggaman tanganku. Setelah mereka mendapatkan uangnya mereka meninggalkan aku begitu saja, aku meminta tolong kepada semua orang tapi tidak ada satupun yang memberikan tangannya untukku. Aku masih ingin ketempat nenek, tapi aku sudah tidak tahan lagi, aku pulang ke rumah dan membiarkan pintu rumahku terbuka karena mungkin saja nenek akan datang” aku memeluknya dan memberikan nasehat lagi kepadanya, “cucuku kamu adalah anak yang baik, ibumu akan sangat bangga mempunyai anak seperti kamu, setelah mendengar cerita darimu aku merasa kamu sudah siap menjalani hidup ini, walaupun kamu masih 10 tahun tapi cara berfikir kamu seperti sudah 30 tahun, aku tidak akan kawatir jika suatu hari nanti aku harus pergi dari dunia ini. Banyak hal yang harus kamu ketahui di dalam hidup ini, sebenarnya ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini tapi karena kamu mempunyai sifat yang sangat bijaksana maka nenek berani mengatakan hal ini kepadamu. Hidup ini kadang di atas kadang di bawah kadang bahagia kadang sedih. Kamu tidak perlu takut dengan apapun, kamu harus menggunakan akal sehatmu untuk melalui hidup yang hanya sekali ini. Kamu mengerti dengan kata-kataku ?” “ya nek, aku mengerti. Aku akan menjalani hidup ini dengan baik.” “sekarang kamu istirahat dulu nenek akan pulang sebentar, dan nanti nenek kembali lagi.”Sampailah aku di rumah, kulihat rumahku dari kejauhan, rumah yang selalu sepi dan akan menjadi sepi bila aku mati nanti. Dalam hatiku mengatakan, bahwa rumah ini akan menjadi kepunyaan cucuku, terserah dia ingin menempatinya atau dia ingin menjualnya. Mungkin hidupku tidak akan lama lagi, maka aku akan menuliskan surat wasiat untukknya. Setelah aku mengganti pakaianku aku segera pergi menuju rumah cucuku lagi. Dan ku lihat dia sedang membersihkan tempat tidurnya, dia tidak mengetahui aku datang. “ah nenek..aku tidak tahu nenek berada di sini.” “apa kabarmu?” “saya sudah merasa lebih baik nek terima kasih.” “sini duduk di meja dengan nenek! Nenek ingin menyampaikan sesuatu kepadamu. Simpanlah surat ini, jangan sampai hilang, kamu harus membukanya bila nenek meninggal, kamu harus janji kepada nenek.” “Baik nek, tapi ini apa?” “kamu akan tahu nanti bila waktunya telah tiba.” Dua bulan kemudian aku merasa tidak kuat lagi, aku merasa tidak bisa bernapas dan lemas, aku tidak tahu apa yang terjadi kepadaku, mungkin ini hanya penyakit tua. Dan cucuku seperti biasa setiap hari minggu dia mengunjungi aku. Aku merasa senang saat melihat dirinya datang. Dengan senyumannya, dengan tangan kecilnya dan dengan sendau guraunya dia selalu membuat aku tersenyum. Terima kasih Tuhan karena Engkau memberikan cucu yang sangat bijasana, bila Engkau menginginkan aku kembali ke sisi Mu aku siap.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments (0)
Posting Komentar