Titik-titik embun itu perlahan menguap menandakan hari baru akan segera dimulai. bunyi sepatu para cleaning service yang sejak tadi sibuk mondar-mandir mengepel lantai menjadi pemandangan yang sudah tidak asing lagi kusaksikan setiap pagi. aku menghirup udara pagi yang sejuk. bertanya dalam hati "kenapa hal ini jarang kulakukan? datang pagi lebih awal?" ia seh, memang ada angin di balik kedatanganku kali ini ke kampus yang jauh lebih cepat dari biasanya. jujur saja yach, aku belum mem-print tugas yang akan ku kumpulkan jam 8 nanti. pasalnay, kiriman Bapak dari Kampung belum datang. maklumlah, tanggal tua. dan kini, aku harus memutar otak agar bisa mem-print tugas tanpa mengeluarkan biaya. he..he...how come?kenapa aku setiap hari bisa kalah cepat dari para cleaning service atau anak-anak pemulungyang sedari tadi sudah sibuk dengan rutinitasnya? ada pemandangan tidak lazim yang sering kusaksikan di Kampus ini. bukti nyata bahwa kesenjangan sosial negeri ini sangat akrab denagn mata kita sendiri. Lihatlah, mobil-mobil yang berjejeran di depan kelas itu, kawan. mulai dari honda Jazz, Cherry, sampai BMW. Semuanya seperti berebut untuk pamer dan unjuk gigi. mobil-mobil itu milik mahasiswa, tentunya. yang entah punya sendiri atau pinjam dari orang tua, cuma untuk sekedar pamer. bukan karena aku jealous. oh, bukan sama sekali, kawan. aku hanya sekedar memberi bukti, bahwa di negeriku ini, di satu sisi mobil-mobil mewah berjejeran seperti pameran, sementara di sudut lain, nenek-nenek paruh baya dan anak-anak kecil yang seyogyanya lebih banyak menghabiskan masa kanak mereka dengan bermain, malah dipaksa oleh perut-perut mereka mengorek-ngorek tempat sampah untuk menemukan satu atau dua gelas aqua bekas dari mulut-mulut mahasiswa yang akan disulap menjadi rupiah.ada fenomena baru lagi kawan. sejak situs jejaring sosial mulai merebak dan meracuni otak generasi bangsa ini, mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu mereka di depan warnet untuk mempelototi laptop cuma untuk sekedar ber-say hello dengan teman-teman dari dunai maya mereka yang menurutku tidak begitu penting. bahkan tak jarang handphone muali beralih fungsi jadi tempat online, dimana saja, termasuk saat dosen sedang menjelaskan. bukankah itu fenomena miris, kawan. di satu sisi berapa rupiah yang mengalir dari kantong mereka untuk membeli pulsa. dalam sehari untuk online. faktanya, salah satu temanku mengaku bisa menghabiskan pulsa 20 ribu perhari untuk sekedar online tidask jelas juntrungannya.padahal di sisi lain, lihatlah kawan nenek-nenek dan anak kecil yang mengais-ngais temapt sampah sepagi ini. paling berapa pendapatan mereka sehari? paling banter cuma 5 ribu rupiah. salah satu kata-kata Favorit yang berhasil kuabadikan dari buku yang pernah kubaca, bunyinya seperti ini:ya, berhubung karena aku cinta mati sama Jerman, makanya kata-katanya juga pake Bahasa Jerman dong. ya, isinya kurang lebih begini, "der Philosophen haben die Welt nur verschieden interpretiert, es kommt darauf an, Sie zu verandern." katanya neh, para filsuf itu hanya sekedar menafsirkan dunia menurut pandangan mereka, padahal yang terpenting adalah mengubahnya, begitu katanya. jadi selama ini hanya seperberapa persen dari milyaran penduduk dunia yang berhasil mengubah dunia menjadi lebih baik. bahkan para filsuf aja nggak bisa kan? apa aku bisa menerobos sedikit dari orang-orang yang berhasil mengubah dunia. hoffentlich.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments (0)
Posting Komentar